Mahasiswa Tingkat Akhir


penderitaan

begitulah yang dirasakan oleh mereka, pemegang gelar sementara menjadi mahasiswa tingkat akhir

Sejauh pengamatan, istilah mahasiswa tingkat akhir hanya beredar di kalangan mahasiswa strata satu, tidak untuk mahasiswa strata berikutnya. Tidak ada kata menyerah sedikit pun di dalam benak mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir di semua kampus. Pasalnya, mereka harus segera menyelesaikan tugas akhirnya dalam waktu yang ditentukan oleh kampusnya masing-masing.
Jika memilih menyerah, berarti mereka siap mengorbankan perjuangannya selama paling tidak empat tahun yang lalu itu. Perjuangan dan penderitaan yang luar biasa ini, paling tidak tergambarkan dalam 5 uraian di bawah ini, yang membuat mereka tahan banting dan “bermuka tembok”. Ini uraiannya:
1. Skripsi Gak Selesai-selesai
Perlu diketahui bahwa ketika mahasiswa tingkat akhir mengerjakan tugas skripsi pasti dihadapkan dengan dua tipe pembimbing skripsi, yaitu dosen pembimbing (dospem) yang mau mahasiswanya selesai sesuai yang ditentukan olehnya, dan ada juga tipe dospem  yang tidak mau mahasiswanya selesai buru-buru. Tipe dospem yang pertama biasanya memberikan target waktu tertentu pada mahasiswa yang dibimbingnya, misalnya sebulan, dua bulan, atau tiga bulan.
Jika mahasiswa yang diberi target itu sesuai dengan harapan dospem tipe yang pertama ini, tentu akan membuat hatinya senang. Maksud dospem yang seperti ini baik, yaitu agar mahasiswa bimbingannya cepat menentukan langkah ke jenjang pendidikan berikutnya, atau agar cepat berkiprah di masyarakat. Konsekuensinya, mahasiswa dengan dospem tipe pertama ini, harus rela dikejar-kejar waktu. Pasalnya, bila dia telat mengerjakan tugas akhir justru akan mempersulit dirinya sediri.
Sementara itu, dospem tipe yang kedua biasanya tidak memiliki target tertentu terhadap mahasiswa bimbingannya. Memang mahasiswa yang dibimbing bisa lebih santai, dan bebas menarik nafas karena tidak dikejar deadline. Namun, biasanya hasil tugas akhir mahasiswa yang dibimbing dengan dospem seperti ini biasanya lama selesai. Sementara, tekanan dari orangtua harus cepat menyelesaikan datang bertubi-tubi.
2. Susah Ketemu Dosen
Ada lagi yang membuat mahasiswa tingkat akhir itu tahan banting dan bermuka tembok, yaitu fenomena sulit menemui dosen. Biasanya mahasiswa tingkat akhir ini, mencari dosen untuk bimbingan, atau untuk sekedar meminta perbaikan nilai. Yang bermasalah ketika dosen yang dituju itu adalah dosen super sibuk. Minggu ini ada di Lampung, minggu depannya lagi sedang di Semarang, bulan depan sedang di luar negeri.
Sementara, mahasiswa tingkat akhir juga biasanya sudah mulai mencari pekerjaan freelance. Namun bagi mahasiswa yang memang benar-benar serius ingin cepat lulus, sulitnya menemui dosen tidak membuatnya patah semangat. Sampai manapun akan selalu dia kejar dosen yang bersangkutan itu, sampai justru dosennya yang menyerah dan kasihan.
3. Aturan Kampus yang Tak Bersahabat
Birokrasi kampus bagi mahasiswa akhir yang tidak terlalu memperhatikan tata kelola administrasi bisa jadi dapat menghambat dirinya menyelesaikan jenjang studinya. Biasanya hal tersebut terjadi bagi mahasiswa yang pada semester 5 atau 7 pernah mengambil cuti. Hal ini membuatnya harus mengurus administrasi ulang ke bagian akademik.
Bagi yang tak patah semangat, mereka bersedia bolak-balik menuju mengurus administrasi di kampus yang seharusnya tidak dia lakukan apabila tidak mengambil cuti. Tentu tugas akhirnya pun sedikt atau terbengkalai sama sekali. Ini juga membuatnya harus mengulangi beberapa mata kuliah yang dia tinggalkan, dan duduk di kelas kembali bersama para juniornya. Ada yang malu-malu, ada juga yang pasang muka tembok demi bisa segera lulus.
4. Kerja Keras Cari Sampingan
Ada sebagian tipe orangtua yang membatasi jatah uang saku anaknya hingga semester akhir, katakanlah semester delapan. Bagi mahasiswa perantauan, tentu mereka harus memutar otak untuk mendapatkan pundi-pundi uang demi keberlangsungan hidup mereka.
Nah, kondisi seperti ini biasanya semakin mempertebal mental mereka. Belum lagi, ibu kos selalu datang menagih setiap akhir bulan. Kalau tidak pandai-pandai membagi waktu, pasti tugas akhir mahasiswa yang sambil nyamping ini tidak akan pernah selesai.
5. Dikejar-kejar Calon Mertua
Risiko mahasiswa akhir yang sudah punya calon pendamping biasanya dikejar-kejar calon mertua. Setiap kali ngapel ke rumah calon mertua, pasti yang ditanyakan selalu tugas akhir. Pertanyaan-pertanyaan yang disinggung calon mertua biasanya tidak jauh seperti ini, “Sudah sampai mana De, tugas akhirnya,” “Kapan kira-kira selesai dan bisa melamar ke sini lagi bersama orangtuamu.”
Ketika datang untuk ke sekian kalinya ke rumah calon mertua, pasti yang ditanyakan itu lagi, itu lagi. Karena pusing menjawab, biasanya mereka sok bijak, “Iya, Pak, Bu, saya akan segera melamar dinda dalam waktu dekat ini, tidak harus menunggu saya kelar skripsi dulu. Insya Allah saya sudah mampu menafkahi dinda lahir dan batin.” Yang pengalaman jangan ketawa, ya. Hahaha.
bagi semua pelajar/mahasiswa yang akan bertemu dengan semester akhir, saya harnya dapat berkata
BRACE YOURSELF!!!
Muhammad Luthfi Hawari
Daftar Pustaka :
http://www.datdut.com/5-penderitaan-mahasiswa-tingkat-akhir/

Comments

Popular posts from this blog

BAB III ( KASUS ) - Kecelakaan Proyek Tol Pasuruan-Probolinggo, 1 Tewas dan 2 Luka-luka

ISTANA TOPKAPI - Istanbul,turki

Mungkinkah Cinta ini hanya Nafsu belaka