Arsitektur Tropis
·
Pengertian
Arsitektur Tropis
Pencarian
arsitektur selalu tentang bagaimana menciptakan ruang baru dan cara baru untuk
menggunakannya. Perencanaan bangunan yang kreatif adalah memberikan perspektif
baru tentang bagaimana interior, eksterior dan landscape harus bersinergi, dan
memberikan kesempatan bagi penghuninya untuk meningkatkan cara baru dan hidup
yang modern. Contoh-contoh bangunan tropis ini memenuhi karakteristik itu.
Bangunan tropis yang berkonsep menyesuaikan alam tropisnya atau hanya mengikuti
konsep bangunan yang Berdasarkan karakteristik, bangunan tropis memiliki banyak
bukaan sebagai sirkulasi angin dan cahaya matahari. Pada bangunan tradisional,
bagian atap dapat mengintegrasikan ruang yang dibangun, memberikan sirkulasi
yang lebih baik antar ruang. Materialnya juga kerapkali memanfaatkan
bahan-bahan alami yang terdapat di lingkungannya. Di belahan dunia yang tidak
beriklim tropis, juga terdapat banyak bangunan berkonsep tropis, sebuah
proyeksi tentang bagaimana bangunan-bangunan tradisional iklim tropis dengan
kearifan lokalnya mampu memanfaatkan alam sebagai sumber energi dengan sebaik-
baiknya.
adalah jenis
arsitektur yang memberikan jawaban/ adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh
iklim tropis, dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan
oleh panas matahari, kelembaban yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan
angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis pada suhu, kelembaban, kesehatan
udara yang harus diantisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal
tersebut. Selain itu pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang
memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai
daripada material impor.
pada dasarnya
adalah adaptasi bangunan terhadap iklim tropis, dimana kondisi tropis
membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya. Pengaruh terutama dari kondisi
suhu tinggi dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya adalah pada tingkat
kenyamanan berada dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti tingkat sejuk udara
dalam rumah, oleh aliran udara, adalah salah satu contoh aplikasi konsep rumah tropis.
Meskipun konsep rumah tropis selalu dihubungkan dengan sebab akibat dan
adaptasi bentuk (tipologi) bangunan terhadap iklim, banyak juga interpretasi
konsep ini dalam tren yang berkembang dalam masyarakat; sebagai penggunaan
material tertentu sebagai representasi dari kekayaan alam tropis, seperti kayu,
batuan ekspos, dan material asli yang diekspos lainnya.
·
Bentuk arsitektur tropis
tidak mengacu pada bentuk yang berdasarkan estetika, namun pada bentuk yang
berdasarkan adaptasi/penanganan iklim tropis. Meskipun demikian bentukan
bangunan oleh arsitek/ desainer yang baik akan memberikan kualitas arsitektur
yang estetis, hal ini karena selain memperhatikan bagaimana menangani iklim
tropis, juga memperhatikan bagaimana kesan estetika eksterior dan interior dari
bangunan tersebut.
Bentuk secara makro sangat memperhatikan faktor panas dan hujan, dimana
untuk menangani hal tersebut maka arsitektur tropis yang baik akan
memperhatikan bagaimana bangunan tidak panas dan ketika hujan tidak tampias,
selain itu terdapat kualitas kenyamanan berkaitan dengan suasana panas dan
dingin yang ditimbulkan oleh hujan, biasanya dibuat teras untuk memberikan
perlindungan serta menikmati iklim tropis yang bersahabat.
Bentuk secara mikro pada masing2 elemen bangunan seperti jendela dengan
bentuk lebar, berjalusi, berkanopi, atau semacam itu. Bentuk bangunan tropis
dari kayu biasanya merupakan bangunan panggung dengan lantai yang diangkat
dengan harapan terhindar dari banjir akibat hujan. Memang merupakan kualitas
rancangan yang sudah berhasil sejak dulu.
·
Perbedaan antara
Arsitektur Tropis dengan Arsitektur Tradisional
Arsitektur
tropis merupakan prinsip desain, sedangkan arsitektur tradisional merupakan
kebudayaan arsitektur yang turun-temurun dan digetok-tularkan melalui
kebudayaan. Arsitektur tropis tidak harus tradisional, tapi biasanya arsitektur
tradisional masyarakat sudah sangat memperhatikan prinsip-prinsip arsitektur
tropis meskipun tidak tertulis, tapi sudah terlihat melalui bangunannya.
Arsitektur
tropis gaya baru bisa memakai material apa saja dan tidak harus terpaku pada
tradisi karena banyak perubahan paradigma terutama penggunaan material baru,
asalkan masih memperhatikan bagaimana menangani iklim tanpa menggunakan
penanganan 'modern' terhadap iklim, misalnya: bangunan tropis seharusnya tidak
memakai AC dan pencahayaan buatan pada siang hari, karena sudah mengandalkan
iklim tropis yang sebenarnya mendukung untuk itu. Karena arsitektur tropis
memperhatikan iklim, maka penanganan arsitektur yang berkaitan dengan iklim
seperti mempertahankan suhu nyaman, kelembaban, dan sebagainya juga menggunakan
potensi dari iklim tropis tersebut.
·
perkembangan
Arsitektur Tropis di Indonesia
Perkembangannya
cukup baik, tapi tidak cukup cepat. Arsitek sebagian sudah menyadari bagaimana
mendesain dengan prinsip arsitektur tropis, tapi klien/ masyarakat sebagian
besar belum. Karena itu arsitektur tropis tidak bisa berkembang maksimal karena
hal tersebut. Selain itu pemerintah belum punya kebijakan yang mendukung
penggunaan arsitektur tropis, kecuali melalui pendidikan arsitektur. Hanya saja
itu juga tidak cukup karena tidak semua orang mempelajari/ belajar melalui
pendidikan arsitektur.
Contoh
Bangunan dengan Mengunakan Prinsip desain Tropis :
-
THE FISH HOUSE SINGAPORE CITY, SINGAPORE
-
RUMAH TRADISIONAL SUKU BUGIS SULAWESI, INDONESIA
THE FISH HOUSE
SINGAPORE CITY, SINGAPORE
The
Fish House, di desain oleh Guz Architects, sebuah bungalow ramah lingkungan di
pinggir laut. Merangkul iklim tropis Singapura dengan menciptakan ruang
terbuka, yang memungkinkan penghuninya menikmati pemandangan laut yang
spektakuler. Cahaya alami, angin laut dan flora tropis menyatu dengan desain,
sehingga penghuninya dapat merasa The Fish House dibangun dari kayu sebagai
bahan utama, lalu baja dan kaca. Bungalow ini memiliki kolam renang yang
menghubungkan rumah dengan landscape. Pada ground floor adalah ruang media
dilengkapi dengan jendela berbentuk U dengan pencahayaan alami. Sekeliling
kamar ditutupi dengan panel fotovoltaik untuk memenuhi kebutuhan energi The
Properti modern ini dirancang menyesuaikan iklim tropis panas dan lembab
Singapura dengan menciptakan ruang terbuka semilir, memberikan penghuninya
pemandangan dari setiap sudut kamar ke laut dan ke taman dengan kolam renang
yang besar yang menghubungkan rumah dengan landscape
RUMAH TRADISIONAL SUKU BUGIS SULAWESI, INDONESIA
Rumah
tradisional suku Bugis yang terdapat di Makassar, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Tengah serta sebagian Sulawesi Tenggara dan Gorontalo disebut dengan Bola Ugi,
yang secara harfiah berarti Rumah Bugis. Tipe rumah tradisional ini adalah
rumah panggung dengan material 99% adalah kayu, dengan banyak filosofi pada
setiap bagian rumah yang hingga hari ini tetap dipegang teguh oleh masyarakat
serta pemangku adat suku Bugis. Pada bagian atap diartikan sebagai Dunia Atas
(Botting langi), yaitu kehidupan di luar alam sadar manusia yang terkait dengan
kepercayaan yang tidak nampak (kebaikan, sugesti, sakral). Bagian dinding,
diartikan sebagai Dunia Tengah (Ale-Kawa), yaitu kehidupan di alam sadar
manusia yang terkait dengan aktivitas keseharian. Kolong rumah diartikan
sebagai Dunia Bawah (Awa Bola), dengan media yang digunakan untuk mencari rejeki,
termasuk alat-alat pertanian, tempat menenun, kandang binatang dan tempat
bermain bagi anak-anak. Orang Bugis memandang rumah tidak hanya sekedar tempat
tinggal tetapi juga sebagai ruang pusat siklus kehidupan. Tempat manusia
dilahirkan, dibesarkan, kawin, dan meninggal. Oleh karena itu, membangun rumah
haruslah didasarkan tradisi dan kepercayaan yang diwarisi secara turun temurun
dari leluhur.
Satu
keluarga yang telah memiliki rumah tidak dapat berpindah dari rumah ke rumah
lainnya, hanya dapat berpindah tempat bersama Konstruksi rumah dibuat secara
lepas-pasang (knock down) sehingga bisa dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lain. Sistem struktur dan konstruksi rumah terdiri atas lima komponen, rangka
utama (tiang dan balok induk), konstruksi lantai, konstruksi dinding,
konstruksi atap, dan konstruksi tangga. Semuanya dibuat dengan sistem knock
down. Tiang, balok induk, dan tangga dibuat dari kayu kelas satu, sedangkan
komponen konstruksi lainnya dibuat dari kayu kelas dua.
Orang
Bugis membangun rumah tanpa gambar. Pembangunan rumah dilaksanakan oleh Panrita
Bola (dukun rumah) dan Panre Bola (tukang rumah). Panrita Bola menangani
hal-hal yang bersifat spiritual, adat dan kepercayaan. Sedang Panre Bola
mengerjakan hal-hal bersifat teknis, mengolah bahan kayu menjadi komponen
struktur sampai rumah berdiri dan siap dihuni. Rumah tradisional suku Bugis
merupakan salah satu contoh dari kearifan lokal masyarakat Indonesia tentang
bagaimana memanfaatkan sumber daya alam, sekaligus dapat meminimalisir dampak kerusakan
yang ditimbulkan oleh alam untuk dapat bertahan hidup di iklim tropis, yang
notabene kerap dilanda berbagai bencana alam.
DAFTAR PUSTAKA
Comments
Post a Comment