YANGDONG, HANOK FOLK VILLAGE SOUTH KOREA
Hanok adalah sebutan untuk rumah tradisional Korea yang
dipakai untuk membedakannya dengan rumah gaya Barat. Arsitektur Korea
memperhitungkan lokasi rumah dari lingkungan sekelilingnya, khususnya
mempertimbangkan keadaan geografi dan musim. Struktur interior juga dirancang
berdasarkan lokasi rumah. Prinsip yang disebut Baesanimsu (hangul: 배산임수) secara harfiah mengatur rumah ideal untuk dibangun
membelakangi gunung, dan sungai berada di depan rumah. Hanok dibangun menghadap
ke timur atau selatan agar cukup mendapat sinar matahari.
Rumah tradisional Korea dibangun dari bahan-bahan alami
seperti kayu, tanah, batu, jerami, genting, dan kertas. Tiang-tiang dan
kerangka hanok dibuat dari kayu. Tembok pengisi kerangka rumah dibangun dari
bata yang dibuat dari campuran tanah dan rumput. Kertas tradisional Korea
(hanji) dipasang di rangka jendela, rangka pintu, dan pelapis dinding. Lantai
dibuat dari tanah yang dikeraskan atau batu.
Pinggiran atap yang melengkung ke atas disebut cheoma.
Panjang cheoma menentukan jumlah sinar matahari yang masuk ke dalam hanok.
Berdasarkan perbedaan mencolok di bagian atap, secara garis besar hanok dibagi
menjadi dua jenis: giwajip (rumah beratap genting) yang dihuni kalangan atas
(yangban) dan chogajip (rumah beratap jerami) yang dihuni kalangan petani.
Giwajip dibangun memakai genting (giwa) sehingga biaya pembangunan rumah
menjadi mahal dan tidak terjangkau oleh rakyat biasa.[2] Sebaliknya, rakyat
biasa tinggal di rumah beratap jerami yang bahan-bahannya mudah didapat. Hanok
beratap genting hingga kini masih digunakan sebagai tempat tinggal, sedangkan
hanok beratap jerami sudah menjadi bangunan langka.
Bagian-bagian
bangunan
Hanok dilengkapi dengan ondol untuk
menghangatkan lantai rumah selama musim dingin. Orang Korea duduk, makan, dan
tidur di lantai yang terus menerus dihangatkan oleh ondol.
Beranda lebar penghubung ruangan
satu dengan ruangan lainnya disebut daecheong (대청). Daechong
merupakan ruangan terbuka dengan lantai dari kayu yang dibangun untuk menjaga
rumah tetap sejuk di musim panas. Bentuk hanok juga berbeda-beda menurut
daerahnya di Korea. Di Korea bagian utara yang dingin, bangunan hanok disusun
menyerupai persegi tertutup (atau aksara hangul: ㅁ) sebagai
penahan angin untuk menjaga rumah tetap hangat. Di Korea bagian tengah,
ruangan-ruangan disusun membentuk huruf L (atau aksara hangul: ㄱ). Di Korea
bagian selatan, hanok dibangun memanjang menyerupai huruf I agar angin mudah
keluar masuk.
Bangunan
(ruangan) tempat tinggal pria dan wanita dipisahkan sesuai dengan pemikiran
Konfusius. Hanok terdiri dari bangunan-bangunan (ruangan) yang disebut
haengrangchae, sarangchae, anchae, dan sadang. Haengrangchae adalah bangunan
untuk tempat tinggal pelayan, berada di dekat pintu masuk. Sarangchae adalah
bangunan untuk pria atau kepala keluarga, termasuk untuk makan dan tidur, dan
berada di bagian depan. Anchae adalah bangunan utama sekaligus ruang tidur
untuk wanita berikut anak-anak kecil, dan terletak di bagian dalam yang jauh
dari pintu masuk. Ruangan untuk altar leluhur disebut sadang. Halaman di
tengah-tengah bangunan rumah disebut madang, dan bangunan gudang disebut
gwangchae. Selain itu, hanok juga sering memiliki cerobong asap dan pintu
gerbang (munganchae).
YANGDONG FOLK VILLAGE
PENGERTIAN
FOLK VILLAGE
Kampung Rakyat Korea (Korean Folk
Village;한국 민속촌; Han-guk Minsokchon) atau Kampung
Rakyat Yongin adalah sebuah perkampungan tradisional Korea yang terletak di
Yongin, sebelah selatan kota Seoul, Korea Selatan. Di kampung ini terdapat 270
buah rumah tradisional Korea (hanok) yang berfungsi sebagai museum yang
menampilkan kehidupan tradisional rakyat Korea. Di hanok-hanok ini terdapat
sebanyak 16.000 buah peralatan dan perlengkapan rumah yang digunakan dari 150
tahun yang lalu. Benda-benda tersebut sengaja dikumpulkan dari seluruh pelosok
Korea.
Bangunan-bangunan yang didirikan di
Kampung Rakyat Korea terdiri dari rumah-rumah rakyat jelata dan bangsawan,
kantor pemerintahan, sekolah, apotek tradisional, kuil Buddha, dan kuil
Shamanisme. Setiap bangunan dilengkapi dengan peralatan sehari-hari yang
digunakan oleh masyarakat dari berbagai kelas pada zaman tersebut. Berbagai
pertunjukkan juga digelar di Kampung Rakyat Korea, antara lain upacara
pernikahan tradisional yang ditampilkan dua kali sehari mulai bulan Maret
sampai November, permainan musik petani dan atraksi berjalan di atas tali
(jultagi).Objek wisata ini tiap tahun dikunjungi oleh sekitar 1,7 juta orang
wisatawan, dan 30 % adalah wisatawan asing.
KAMPUNG
RAKYAT YANGDONG
(경주양동민속마을), Wolseong adalah kampung tradisional yang terletak
di antara kota Gyeongju dan Pohang, provinsi Gyeongsang Utara. Berjarak 16 km
di sebelah utara Gyeongju, Kampung Yangdong berada di Kecamatan Gangdong,
Kabupaten Wolseong.
Kampung ini berada di antara pertemuan aliran Sungai
Hyeongsan dan Allak yang mengalir ke Laut Timur. Dapat dicapai dengan kereta
api dan jalan tol. Dikelilingi perbukitan dan gunung. Gunung Seolchang di timur
laut (95 m), Gunung Seongju (109 m) di sebelah tenggara.
Merupakan kampung utama dari marga Son dan Yi. Selain itu
pada masa lalu, banyak marga berpengaruh yang berpusat di daerah ini seperti
marga Yu, Oh, dan Jang.
Kampung Yangdong masih mempertahankan kehidupan tradisional
di mana rumah-rumah bergaya tradisional (hanok) masih banyak berdiri. Beberapa
di antaranya adalah rumah-rumah pribadi, vila dan pendopo yang dilestarikan
sebagai harta nasional, objek penting, aset budaya provinsi dan monumen
nasional. Bangunan tradisional bersejarah di sini adalah yang terbanyak ke-2 di
Korea setelah di Kampung Rakyat Hahoe, Andong.
Sebanyak
15 rumah tradisional telah berusia lebih dari 500 tahun dan memperlihatkan ciri
arsitektur masyarakat Gyeongsang. Warga Yangdong masih mempertahankan kehidupan
tradisional berdasarkan norma-norma Konfusianisme.
Comments
Post a Comment