KONSERVASI ARSITEKTUR - JAKARTA
KONSERVASI ARSITEKTUR
MUSIUM BAHARI
Jakarta
1.
LATAR BELAKANG
Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan
publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada
masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.
Konservasi sendiri merupakan suatu kegiatan pelestarian sebuah
bangunan, kegiatan ini dilakukan agar sebuah bangunan dapat dipertahankan dalam
jangka panjang. Dalam kasus ini diambil dari museum Bahari yang dulunya
merupakan gudang rempah-rempah yang dibangun pada tahun 1652 dimana pada masa
itu rempah-rempah yang berasal dari Indonesia dikirim keberbagai kawasan di
Eropa.
Museum
Bahari terletak di kawasan Sunda Kelapa dimana kawasan tersebut merupakan
kawasan perniagaan yang paling sibuk, ramai dan dijaga ketat oleh tentara
Belanda. Kapal-kapal besar mengangkut beragam jenis rempah-rempah bersender di
galangan kapal VOC di kawasan Sunda Kelapa ini.
Museum Bahari menyimpan 126 koleksi benda-benda sejarah
kelautan. Terutama kapal dan perahu-perahu niaga tradisional. Di antara puluhan
miniatur yang dipajang terdapat 19 koleksi perahu asli dan 107 buah miniatur,
foto-foto dan biota laut lainnya. Namun belakangan ini museum Bahari tampak
sepi dan terkesan angker karena kurangnya minat wisatawan lokal untuk datang,
oleh karena itu penulisan ini dibuat agar dapat mengenalkan sejarah kelautan
maka museum Bahari ini harus di konservasikan.
Alasan
mengapa bangunan Museum Bahari ini perlu untuk dikonservasi dikarenakan
bangunan ini menyimpan banyak kenangan tentang cagar budaya masa lalu dari
bangsa Indonesia. Dengan berkunjung ke Museum Bahari pengunjung akan mengetahui
sejarah dan begitu banyak kekayaan yang dimiliki Bangsa Indonesia.
Bermacam-macam koleksi dipamerkan pada museum ini. Hanya dengan melihatnya
pengunjung akan mendapatkan kenangan yang berharga. Tidak ketinggalan pula
pesona kawasan kota tua akan dapat membangkitkan kenangan terhadap bangsa lain
yang pernah menjajah bangsa kita di masa lalu. Berlandaskan alasan tersebut
sangatlah layak dilakukan konservasi terhadap Museum Bahari ini.
2.
SEJARAH MUSEUM BAHARI
Masa penjajahan yang ada di Indonesia menyisakan berbagai macam
peninggalan, terutama dalam wujud arsitektur bangunan. Salah satu fungsi
bangunan yang cukup penting pada masa tersebut adalah gudang penyimpanan
rempah-rempah. Para penjaajah datang ke Indonesia salah satunya adalah untuk
mengambil hasil rempah-rempah yang dihasilkan dari Indonesia (sebagai negara
yang menghasilkan rempah-rempah terbesar). Sebelum akhirnya rempah-rempah
tersebut diimport atau diekspor ke mancanegara, rempah-rempah di simpan di
dalam suatu tempat/gudang penyimpanan. Gudang penyimpanan terletak pada daerah
yang dekat dengan pelabuhan hal ini untuk memudahkan akses penyimpanan. Museum
Bahari adalah bangunan yang dialihfungsikan dari gudang penyimpanan
rempah-rempah peninggalan zaman penjajah dan dijadikan bangunan museum yang
berisi dengan barang-barang bersifat kelautan.
Pada
masa pendudukan Belanda, gedung Museum Bahari semula adalah gudang yang
berfungsi untuk menyimpan, memilih dan mengepak hasil bumi, seperti rempah-rempah
kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil yang merupakan komoditi utama VOC yang
sangat laris di pasaran Eropa. VOC membangun gedung ini secara bertahap sejak
1652 hingga 1759.
Gedung Museum Bahari ini sudah mengalami beberapa perubahan.
Tahun perubahan itu dapat dilihat pada pintu-pintu masuk. Di antaranya tahun
1718, 1719 dan 1771. Pada masa pendudukan Jepang, tepatnya ketika perang dunia
II meletus (1939-1945) gudang tersebut menjadi tempat logistik peralatan
militer tentara Dai Nippon. Setelah Indonesia Merdeka difungsikan untuk gudang
logistik PLN (Perusahaan Listrik Negara) dan PTT (Post Telepon dan Telegram).
Pada 1976 kompleks gedung ini diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta yang
kemudian dipersiapkan sebagai sebuah museum. Museum Bahari diresmikan
pemakaiannya pada 7 Juli 1977.
Luas tanah bangunan ini sekitar 9.000 m2 dan luas bangunannya
mencapai 16 ribu m2. Bangunan ini sudah tiga kali di renovasi, yaitu tahun
1976, 1980, dan 2009. Meski telah direnovasi, tapi tidak menghilangkan ciri khas
dari museumnya.
Museum Bahari ini memiliki keunikan yaitu keberadaan koleksi
kapal yang sudah tak diproduksi lagi. Di perut Museum Bahari tersimpan
benda-benda sejarah berupa kapal dan perahu-perahu asli maupun miniatur.
Mengingatkan kepada kita bahwa sejak jaman dahulu kala ‘nenek moyangku seorang
pelaut’. Ada kebanggaan ‘kebaharian’ dari bangsa pemberani di dalam mengarungi
samudra luas dan ganas. Selain itu, dari segi arsitekturnya bangunan ini
memiliki ciri khas bangunan yang terbuat dari kayu.
3.
LOKASI MUSEUM BAHARI
Lokasi
Museum Bahari Jakarta
Museum Bahari terletak di
Jl. Pasar Ikan. Museum ini berbatasan dengan :
Sebelah utara : Rumah
warga
Sebelah timur : Rumah
warga dan warung perniagaan
Sebelah selatan : Pasar
dan Menara Syahbandar
Sebelah barat : Teluk
Jakarta
Terlihat
dengan jelas bahwa museum ini di kelilingi oleh rumah warga karena letak dari
museum ini yang menjorok ke dalam. Area terbuka sangat kurang pada kawasan ini
sehingga membuat suhu menjadi panas karena didukung juga oleh jalan raya yang
tidak jauh dari lokasi bangunan.
Museum
Bahari memiliki luas tanah sekitar 9.000 m2 dan luas
bangunannya mencapai 16 ribu m2. Bangunan ini
terdiri dari 4 unit bangunan, bangunan 1 sebagai museum, lobby, toilet dan
musholla, bangunan 2 sebagai museum, bangunan 3 sebagai museum, dan bangunan 4
sebagai kantor dan hall.
Museum
Bahari menyimpan 126 koleksi benda-benda sejarah kelautan. Terutama kapal dan
perahu-perahu niaga tradisional. Di antara puluhan miniatur yang dipajang
terdapat 19 koleksi perahu asli dan 107 buah miniatur. Juga peralatan yang
digunakan oleh pelaut di masa lalu seperti alat navigasi, jangkar, teropong,
model mercusuar dan meriam.
Museum
Bahari juga menampilkan koleksi biota laut, data-data jenis dan sebaran ikan di
perairan Indonesia dan aneka perlengkapan serta cerita dan lagu tradisional
masyarakat nelayan Nusantara. Museum ini juga menampilkan matra TNI AL, koleksi
kartografi, maket Pulau Onrust, tokoh-tokoh maritim Nusantara serta perjalanan
kapal KPM Batavia – Amsterdam.
4. GAYA
MUSEUM BAHARI
1.
ATAP
Atap pelana merupakan gaya arsitektural yang cocok untuk
bangunan beriklim tropis dengan curah hujan yang tinggi. Sehingga gaya arsitek
tropis pada atap pelana dipakai sebagai struktur atap bangunan kawasan ini.
Pada atap juga terdapat bagian yang tercoak (seperti terpotong) dan membentuk
suatu atap baru yang agak menjorok, atap ini mencerminkan gaya bangunan koloni.
Atap bangunan yang berbentuk pelana dan pada
bagian
tertentu terdapat sisi yang mencoak
tertentu terdapat sisi yang mencoak
2.
PINTU
Pintu yang digunakan berbentuk ‘dome’ dan terbuat dari kayu jati dan kusennya
terbuat dari batu. Elemen lengkung ‘arch’ sangat
menonjolkan bangunan khas Eropa pada saat itu. Hampir seluruh pintu yang terdapat
pada museum ini berbentuk ‘dome’.
3.
JENDELA
Daun
jendela terbuat dari kayu jati dan pegangannya terbuat dari besi. Terdapat juga
teralis yang terbuat dari kayu. Jumlah dan letak jendela yang berirama statis
dan pendek-pendek mencerminkan gaya Eropa klasik.
Jumlah dan letak jendela pada
Museum Bahari yang statis dan pendek-pendek
4.
DINDING
Dinding pada Museum Bahari memiliki tebal hingga 20 cm, menandakan
penggunaan material yang berbeda dari zaman sekarang yangdimana dinding
rata-rata dengan tebal 15cm. seluruh warna pada dinding baik eksterior maupuninterior adalah
berwarna putih.
Eksterior
Museum Bahari
Interior Museum Bahari
5.
KOLOM
Pada Museum Bahari ini menggunakan kolom yang terbuat
dari kayu jati dengan ketebalan 20-30cm. Kolom kayu kokoh ini membuat kesan
bangunan ini elegan dan khas Indonesia.
Kolom yang terbuat dari kayu
6. PLAFOND
Pada Museum Bahari hampir seluruh konstruksinya memakai kayu, terdapat
pada bagian kolom dan balok yang menopang lantai 2 dan 3. Penutup lantai pada
lantai 2 dan 3 juga memakai konstruksi kayu panel, dan tidak adanya penutup
plafond sehingga bisa dikatakan bahwa kayu panel yang digunakan sebagai penutup
lantai di lantai 2 dan 3 juga berperan sebagai plafond pada lantai di bawahnya.
Plafond pada Museum
Bahari
7.
ELEMEN HARD MATERIAL
Pada
bagian entrance (pintu masuk) terdapat sepasang jangkar
kapal. Jangkar ini lumayan besar setinggi ±80cm dan berwarna hitam. Jangkar ini
sebagai penanda bahwa di dalam bangunan ini terdapat menyimpan sesuatu yang
berhubungan dengan kebaharian dan kenelayanan bangsa Indonesia.
Terdapat sepasang
jangkar pada bagian entrance
5.
KESIMPULAN
Museum
Bahari merupakan salah satu cagar budaya masa lalu dari bangsa Indonesia yang
perlu dipertahankan. Begitu banyak koleksi yang tersimpan di dalamnya yang
menjadikan sebuah pengalaman berharga saat seseorang berkunjung kesana maupun
bangunan itu sendiri yang sudah berdiri sejak tahun 1652. Sangatlah layak bangunan
ini dilakukan konservasi terkait hal tersebut. Dengan menjaga originalitas baik
dari 7 point yang disebutkan oleh penulis diantaranya, atap, pintu, jendela,
dinding, kolom, plafond, serta Hard material yang masih dipertahankan.
Konservasi yang Juga dilakukan adalah
pembebasan area di sekitar kawasan Museum Bahari untuk memperluas area museum
tersebut dan perawatan bangunan baik eksterior maupun interior bangunan tanpa
merubah gaya yang telah ada. Dengan dilakukannya konservasi ini yangmenjadikan
bangunan bersejarah menjadi musium diharapkan dapat turut membantu pelestarian
serta pengetahuan masyarakat luas akan sejarah Indonesia.
SUMBER
:
4.
Comments
Post a Comment